Sabtu, 27 April 2019

Ustadz Felix Siauw Ulas Sejarah Drakula dengan Islam

Sejarah Sebenarnya Tentang Vlad III Dracul (Dracula)

Pada faktanya, Vlad III tidak pernah menguasai Transylvania, namun wilayah yang diwariskan kepadanya adalah wilayah Wallachia, Rumania. Dia adalah anak dari Vlad II yang menyerah pada kekuasaan Kesultanan Turki Utsmani pada masa Murad II, ayah Mehmed II. Mehmed II dan Dracula memang berseteru, namun Mehmed tidak pernah mati di tangan Dracula, yang terjadi justru sebaliknya, Dracula yang kalah dalam perseteruannya dengan Mehmed II.


Ilustrasi Vlad III Dracul yang sesungguhnya berbanding Dracula yang ada di Hollywood
“Dracul-ae” itu sebutan bahasa Rumania untuk bangsawan Ordo Naga (Rumania; Draco = Naga), dan akhiran “-ae” bermakna “putranya dari”. Adapun “Ordo Naga” ini sendiri adalah salah satu kelompok ksatria yang disiapkan oleh Sigismund sang Raja Suci Romawi sebagai ksatria khusus dalam perang salib

Nama Dracula sendiri merujuk pada Vlad III “Tepes”, anak dari Vlad II voivode (gubernur) Wallachia, Rumania. Pada masa Vlad II ayahnya, Wallachia dikuasai oleh Kesultanan Utsmani, dan sebagai jaminan kesetiaan, Vlad III (Dracula) kemudian dikirimkan untuk disekolahkan di Kesultanan Utsmani

Dracula/Vlad III lalu dididik di kesatuan Yeniseri, tempat pasukan khusus militer Kesultanan Turki bersama adiknya Radu Cel Frumos. Disitulah mereka belajar di kesatuan militer terbaik pada masanya. Usia Dracula waktu itu masih belia, 13 tahun saja, hanya selisih satu tahun lebih tua dari Mehmed II putra Murad II Sultan Turki pada saat itu.
Namun walau masih belia, Dracula sudah disumpah dalam Ordo Naga yang dibentuk untuk memerangi kaum Muslim, dan itulah yang jadi niatnya. Karenanya dia sangat membenci Mehmed dan Islam, walau adiknya Radu Cel Frumos menjadi Muslim dan panglima Yeniseri kepercayaan Mehmed pada gilirannya saat memangku jabatan Sultan Turki.
Saat ayahnya Vlad III Dracul, yaitu Vlad II dibunuh dan dikudeta pada 1447 oleh John Hunyad dari Hungaria, Kesultanan Utsmani lalu membantu membebaskan Wallachia dari cengkeraman John Hunyad. Selepas itu Sultan Murad II, ayah Mehmed II, lalu meminta pada Vlad III untuk menggantikan ayahnya memimpin di Wallachia.

Diluar dugaan Sultan Murad II, inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu Vlad III Dracul, yang sedari awal pun membenci ayahnya karena mau tunduk pada kaum Muslim. Berbekal bahasa Arab, Turki dan pengetahuan militer di Yeniseri, Dracula menyamar menjadi bagian dari kaum Muslim di setiap benteng-benteng kaum Muslim dan menghabisi benteng-benteng Islam di Rumania dari dalam.

Pasca 1453 Sultan Mehmed II yang bergelar Al-Fatih karena berhasil menaklukkan Konstantinopel, mengutus beberapa utusannya untuk memastikan semua hal baik-baik saja di Wallachia pada tahun 1459. Tanpa ampun Vlad III Dracul membunuh utusan-utusan dari Kesultanan Turki yang datang untuk menagih jizyah (pajak bagi orang kafir) yang seharusnya dibayarkan setiap tahun. 

Mencari masalah, Vlad III membunuh para utusan ini dengan memaku surban mereka ke kepalanya. Dengan dalih bahwa utusan itu bertindak kurang ajar, tidak menghormatinya dengan tidak mau melepas surbannya, dan hanya ingin membuka surbannya dihadapan Allah.
Mendengar hal ini Sultan Mehmed II lalu menanggapi masalah Wallachia secara khusus. Pada 1461 Sultan Mehmed II memerintahkan panglimanya Hamzah Bey membawa 1.000 pasukan untuk menangkap Dracula dan mengembalikan kestabilan di wilayah Wallachia, dan nasib 1.000 pasukan ini berakhir tragis.

Dracula menggunakan kemampuan infiltrasinya dengan apa yang dia pelajari di Yeniseri, dia benar-benar memahami taktik dan strategi berperang ummat Muslim, lalu dengan gerakan-gerakan yang efektif, Dracula kemudian mengalahkan dan membantai 1.000 pasukan Muslim itu. Dracula menyula (menusuk dengan kayu dari anus hingga tembus ke kerongkongan) 1.000 pasukan ini, hingga jadi hutan mayat manusia. Hamza Bey, komandan pasukan ini, ditempatkan ditengah hutan mayat dan ditaruh di kayu paling tinggi sebagai simbol.

 Gambar terkait

Sejak itu Vlad III Dracul mendapat gelar “Tepes” atau “The Impaler” – “Sang Penyula”, kekejamannya dikenal dan diakui dunia
Mendapati hal ini, Sultan Mehmed II lalu menugaskan Radu Cel Frumos, adik dari Vlad III Dracula untuk memimpin 90.000 pasukan guna menghentikan Dracula. Perlu serigala untuk hentikan serigala, Mehmed paham bahwa Radu orang yang tepat karena dataran Rumania hanya bisa dipahami orang aslinya

Radu Cel Frumos (Radu The Handsome), adik dari Vlad III Dracul
Berbeda dengan kakaknya Vlad III Dracula, adiknya Radu Cel Frumos (The Handsome) ini memeluk Islam dan menjadi Muslim serta pemimpin pasukan khusus Yeniseri. Radu memimpin 90.000 menerobos hutan dan tanah berbukit Rumania untuk menyerang kakaknya Dracula yang bertahan di benteng ‘Poenari’ miliknya

Gambar terkait

Catatea Poenari, Benteng Vlad III Dracula
Pertempuran ini sangat tidak mudah, mengingat Cetatea Poenari (Benteng Poenari), sangat terjal tanahnya dan sulit ditembus. Akhirnya serangan Radu pada 1462 puncaknya di Benteng Poenari terjadi malam hari yang dikenal “Atacul de Noapte” – “The Night Attack”
Radu Cel Frumos menggantikan Dracula jadi pemimpin Wallachia setelah mengalahkannya. Dracula yang kalah dalam peperangan menyelamatkan diri dan lari meminta perlindungan pada John Hunyad Raja Hungaria. Dracula menghabiskan sisa hidupnya dibawah kekuasaan pembunuh ayahnya, John Hunyad yang juga rival Sultan Mehmed lainnya, sebelum akhirnya Dracula meninggal pada 1478 ditebas pedang pasukan Utsmani juga.
Namun warisan Dracula tetap kekal bagi dunia, kekejaman tiada banding yang dia contohkan, dan kebiadaban tanpa batas. Sampai saat ini Rumania mengakuinya sebagai pahlawan negara dalam perang salib, dan patung-patungnya bertebaran di Rumania. Bagi kaum Muslim, Dracula adalah simbol kekejaman musuh kemanusiaan, penusuk manusia, dan penghisap darah. Namun saat ini konsep Dracula, Vampir, dibuat dan dibungkus dengan bagus hingga memikat ummat Muslim dan melupakan wajah aslinya

Gambar terkait 
Cara Pembunuhan yaitu dengan Menyula Korban dari Dubur

Hollywood memang pintar berpropaganda dengan memelintir sejarah, dan menjadikan Kesultanan Turki yang Muslim seolah beringas, barbar kejam dan tak berprikemanusiaan. Padahal dalam kenyataan justru sebaliknya, pasukan Muslim adalah pasukan yang penuh kebaikan, kekesatriaan dan mempertunjukkan nilai-nila dasar seperti keberanian, kejujuran, kasih-sayang dan pengampun. Karena itulah, saya dan Sayf Muhammad Isa, membesut kisah sebetulnya dari para pejuang Islam dari Turki Utsmani ini, yang bangga menyebut dirinya pejuang Allah, Ghazi. Dimana Dracula juga menjadi bagian penting daripada penceritaan ini. Dan secara sejarah, isi novel ini juga mampu dipertanggungjawabkan, karenanya kami menyebutnya Novel Sejarah, menghibur secara benar, menanamkan karakter mulia pada anak tanpa menipu.
Bagi yang tidak puas dengan film “Dracula: Untold” silakan cek karya yang kami besut dalam Trilogi “The Chronicles of Ghazi”yang diterbitkan oleh AlFatihPress, kisah Kesultanan Turki Utsmani termasuk Dracula yang sebenarnya berdasar sejarah. Akan ada 3 buku yang akan ditulis tentang kisah para Ghazi ini, dan baru dua buku yang sudah diap dinikmati di pasaran. Buku pertama bertema “The Rise of The Ottomans” dan buku kedua bertema “The Clash of Cross and Crescent”, buku ketiga nanti bertema “The Conquest”.
Kami mengisahkan Sultan Mehmed yang sudah dinubuwwahkan oleh Rasulullah sebagai “pemimpin terbaik” yang menaklukkan Konstantinopel. Kami mengisahkannya sehingga karakter ksatria dapat mendarah daging pada kaum Muslim. These are the real untold.

Sumber : https://www.republika.co.id/berita/senggang/film/14/10/22/ndtyr7-felix-siauw-ulas-sejarah-drakula-dengan-islam

Kamis, 25 April 2019

KISAH ELIZABETH BATHORY




 KISAH NYATA KEKEJAMAN ELIZABETH BATHORY


Countess Elizabeth Báthory de Ecsed ( Hongaria : Báthory Erzsébet , Slovak : Alžbeta Bátoriová ; 7 Agustus 1560 - 21 Agustus 1614) [2] adalah seorang bangsawan Hongaria dan pembunuh berantai dari keluarga bangsawan Báthory , yang memiliki tanah di Kerajaan Hongaria ( sekarang Hungaria , Slovakia dan Rumania ). Dia telah diberi label oleh Guinness World Records sebagai pembunuh wanita paling produktif, [3] meskipun jumlah korbannya yang tepat masih diperdebatkan. Báthory dan empat kolaborator dituduh menyiksa dan membunuh ratusan wanita muda antara tahun 1585 dan 1609. [4] Jumlah korban tertinggi yang dikutip selama persidangan Báthory adalah 650. Namun, jumlah ini berasal dari klaim oleh seorang gadis yang melayani bernama Susannah bahwa Jakab Szilvássy, pejabat pengadilan Countess Báthory, telah melihat sosok itu di salah satu buku pribadi Báthory. Buku itu tidak pernah diungkapkan, dan Szilvássy tidak pernah menyebutkannya dalam kesaksiannya. [5] Terlepas dari bukti melawan Elizabeth, pengaruh keluarganya membuatnya tidak bisa menghadapi persidangan. Dia dipenjara pada Desember 1610 di dalam Čachtice Castle , di Hungaria Atas (sekarang Slovakia ), dan ditahan di sel isolasi di kamar tanpa jendela sampai kematiannya empat tahun kemudian.

Cerita-cerita tentang pembunuhan berantai sadisnya diverifikasi oleh kesaksian lebih dari 300 saksi dan penyintas serta bukti fisik dan kehadiran gadis-gadis yang mati, mati dan dipenjarakan dengan mengerikan yang ditemukan pada saat penangkapannya. [7] Kisah-kisah yang menggambarkan kecenderungannya yang seperti vampir (yang paling terkenal adalah kisah bahwa ia mandi darah perawan untuk mempertahankan masa mudanya) umumnya direkam bertahun-tahun setelah kematiannya, dan dianggap tidak dapat diandalkan. Kisahnya dengan cepat menjadi bagian dari cerita rakyat nasional, dan keburukannya berlanjut hingga hari ini. [8] Ia sering dibandingkan dengan Vlad the Impaler dari Wallachia (yang menjadi basis Count Dracula fiksi sebagian); beberapa bersikeras dia mengilhami Dramula karya Bram Stoker (1897), [9] meskipun tidak ada bukti yang mendukung hipotesis ini. [10] Julukan dan julukan sastra yang dikaitkan dengannya termasuk The Blood Countess dan Countess Dracula .



Hasil gambar untuk Ecsed
Ecsed, danau dan kastil tua


Awal tahun

Elizabeth Báthory lahir di tanah keluarga di Nyírbátor , Kerajaan Hongaria , pada tahun 1560 atau 1561, dan menghabiskan masa kecilnya di Kastil Ecsed . Ayahnya adalah Baron George VI Boryory dari cabang keluarga Ecsed, saudara laki-laki Andrew Bonaventura Báthory, yang pernah menjadi voivode Transylvania , sementara ibunya adalah Baroness Anna Báthory (1539-1570), putri Stephen Báthory dari Somlyó , voivode lain Transylvania , yang berasal dari cabang Somlyó. Melalui ibunya, Elizabeth adalah keponakan bangsawan Hongaria Stephen Báthory (1533-1586), raja Polandia dan adipati agung Lithuania dari Persemakmuran Polandia-Lithuania dan pangeran Transylvania . Kakak laki-lakinya adalah Stephen Báthory (1555–1605), yang menjadi hakim kerajaan Hongaria.
Selama masa kecilnya, banyak sumber mengatakan bahwa dia menderita banyak kejang yang mungkin disebabkan oleh epilepsi , mungkin berasal dari perkawinan sedarah orang tuanya. [11] [12] [13] [14] Pada saat itu, gejala yang berkaitan dengan epilepsi didiagnosis sebagai Falling Sickness dan perawatan termasuk menggosok darah orang yang tidak menderita pada bibir penderita epilepsi atau memberikan epilepsi campuran dari non Darah dan sepotong tengkorak pengidap saat episode mereka berakhir. [15] [14] Hal ini mengarah pada spekulasi bahwa pembunuhan Elizabeth di kemudian hari adalah bagian dari upayanya untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya sejak ia masih kecil, namun tidak ada bukti kuat yang mendukung spekulasi tersebut. [14]
Sebagai upaya lain untuk menjelaskan kekejaman Elizabeth di kemudian hari, banyak sumber mengatakan bahwa dia dilatih untuk menjadi kejam oleh keluarganya. [16] [14] [13] Kisah-kisah termasuk Elizabeth sebagai seorang anak yang menyaksikan hukuman brutal yang dilakukan oleh petugas keluarganya, dan diajar oleh anggota keluarga yang terlibat dengan Setanisme dan sihir . [13] [16] Sekali lagi, tidak ada bukti kuat untuk klaim ini.
Elizabeth dibesarkan sebagai seorang Protestan Calvinis . Sebagai seorang wanita muda, dia belajar bahasa Latin , Jerman , Hongaria , dan Yunani . [4] [17] [11] Lahir dalam keluarga bangsawan yang istimewa, Elizabeth diberkahi dengan kekayaan, pendidikan, dan posisi sosial yang luar biasa.
Sebelum pernikahan pertamanya, pada usia 13, Elizabeth diduga melahirkan seorang anak. [18] Anak itu, dikatakan telah ayah dari seorang anak lelaki petani , konon diberikan kepada seorang wanita setempat yang dipercaya oleh keluarga Báthory. [18] Wanita itu dibayar untuk tindakannya, dan anak itu dibawa ke Wallachia . [18] Bukti kehamilan ini muncul jauh setelah kematian Elizabeth melalui desas-desus yang disebarkan oleh petani, oleh karena itu validitas rumor itu sering diperdebatkan. [14]

Kehidupan Menikah 

Hasil gambar untuk Kastil Čachtice 

Pemandangan udara Kastil Čachtice

Hasil gambar untuk Kastil Čachtice
Menara utama di Kastil Cachtice, Slovakia
 
Elizabeth bertunangan pada usia 10 tahun dengan Ferenc Nádasdy , putra Baron Tamás Nádasdy de Nádasd et Fogarasföld dan Orsolya Kanizsay [19] dalam apa yang mungkin merupakan pengaturan politik dalam lingkaran aristokrasi. Karena kedudukan sosial Elizabeth lebih tinggi daripada suaminya, ia menolak untuk mengubah nama belakangnya, dan alih-alih Nádasdy mengambil nama keluarga Báthory. Pasangan itu menikah ketika dia berusia 15 (dan dia berusia 19) di istana Vranov nad Topľou (Varannó dalam bahasa Hungaria) pada tanggal 8 Mei 1575. Sekitar 4.500 tamu diundang ke pernikahan. [20] Elizabeth pindah ke Kastil Nádasdy di Sárvár dan menghabiskan banyak waktu sendirian, sementara suaminya belajar di Wina . [ rujukan? ]
Hadiah pernikahan Nádasdy kepada Báthory adalah rumah tangganya, Kastil Čachtice (Csejte dalam bahasa Hungaria) yang terletak di Little Carpathians dekat Nové Mesto nad Váhom dan Trenčín di Slovakia saat ini. [21] Kastil ini dibeli oleh ibunya pada tahun 1569 dan diberikan kepada Nádasdy, yang memindahkannya ke Elizabeth selama pernikahan mereka, [19] : 35 bersama dengan rumah pedesaan Čachtice dan 17 desa yang berdekatan. [21] Kastil itu (dan masih) dikelilingi oleh desa dan tanah pertanian, yang dibatasi oleh singkapan Karpatia Kecil. [ rujukan? ]
Pada 1578, Nádasdy menjadi komandan utama pasukan Hungaria , memimpin mereka untuk berperang melawan Ottoman . [22] Dengan suaminya pergi berperang, Elizabeth Báthory mengelola urusan bisnis dan perkebunan. Peran itu biasanya termasuk tanggung jawab untuk orang-orang Hongaria dan Slovakia , bahkan memberikan perawatan medis. [23]
Selama Perang Panjang (1593-1606), Elizabeth didakwa atas pembelaan atas tanah milik suaminya, yang terletak pada rute ke Wina. [17] Ancamannya sangat signifikan, karena desa Čachtice sebelumnya telah dijarah oleh orang-orang Ottoman sementara Sárvár, yang terletak di dekat perbatasan yang membagi Kerajaan Hongaria dan Hongaria yang diduduki Ottoman , berada dalam bahaya lebih besar. Dia adalah wanita berpendidikan yang bisa membaca dan menulis dalam empat bahasa. [17] Ada beberapa contoh di mana ia melakukan intervensi atas nama wanita miskin, termasuk seorang wanita yang suaminya ditangkap oleh orang Turki dan seorang wanita yang putrinya diperkosa dan diimpregnasi. [23]
Putrinya, Anna Nádasdy, lahir pada 1585 dan kemudian menjadi istri Nikola VI Zrinski . Anak-anak lain yang dikenalnya termasuk Orsolya (Orsika) Nádasdy (1590 - tidak diketahui) yang kemudian menjadi istri István II Benyó, Katalin (Kata atau Katherina) Nádasdy (1594 - tidak diketahui), András Nádasdy (1596-1603), dan Pál ( Paul) Nádasdy (1598–1650), ayah dari Ferenc II Nádasdy. [ rujukan? ]
Beberapa kronik juga menunjukkan bahwa pasangan itu memiliki putra lain, meskipun anak yang kurang dikenal, bernama Miklós Nádasdy, meskipun ini tidak dapat dikonfirmasi, dan bisa jadi ia hanya sepupu atau mati muda karena ia tidak disebutkan dalam surat wasiat 1610. Countess. György Nádasdy juga merupakan nama yang diindikasikan sebagai salah satu bayi Nádasdy yang telah meninggal, tetapi tidak ada yang dapat dikonfirmasi. Semua anak-anak Elizabeth dirawat oleh pengasuh, seperti Elizabeth. [24] [25] [26]
Suami Elizabeth, Ferenc Nádasdy, meninggal pada tanggal 4 Januari 1604 pada usia 48 tahun. Meskipun sifat pasti dari penyakit yang menyebabkan kematiannya tidak diketahui, penyakit ini tampaknya dimulai pada 1601, dan pada awalnya menyebabkan rasa sakit yang melemahkan di kakinya. Sejak saat itu, ia tidak pernah sepenuhnya pulih, dan pada 1603 menjadi cacat permanen. [27] Pasangan ini telah menikah selama 29 tahun. Sebelum meninggal, Ferenc Nádasdy mempercayakan ahli waris dan jandanya kepada György Thurzo , yang pada akhirnya akan memimpin penyelidikan atas kejahatan Elizabeth. [19]

Tuduhan

Investigasi

Antara 1602 dan 1604, setelah desas-desus tentang kekejaman Báthory telah menyebar ke seluruh kerajaan, menteri Lutheran István Magyari mengajukan keluhan terhadapnya, baik secara publik maupun di pengadilan di Wina. [28] Pihak berwenang Hongaria mengambil waktu untuk menanggapi keluhan Magyari. Akhirnya, pada tahun 1610, Raja Matthias II menugaskan György Thurzó , Palatine dari Hungaria , untuk menyelidiki. Thurzo memerintahkan dua notaris untuk mengumpulkan bukti pada bulan Maret 1610. [29] Pada tahun 1610 dan 1611, para notaris mengumpulkan kesaksian dari lebih dari 300 saksi. Catatan persidangan meliputi kesaksian dari empat terdakwa, serta tiga belas saksi. Para imam, bangsawan, dan rakyat jelata diinterogasi. Saksi mata termasuk castellan dan personel lainnya dari kastil Sárvár . [ rujukan? ]
Menurut kesaksian, korban awal Báthory adalah melayani gadis-gadis berusia 10 hingga 14 tahun, [30] anak-anak perempuan petani setempat, yang banyak di antara mereka terpikat ke Čachtice dengan tawaran pekerjaan bergaji tinggi sebagai pelayan dan pelayan di kastil. Belakangan, ia dikatakan mulai membunuh anak perempuan bangsawan yang lebih rendah, yang dikirim ke gynaeceumnya oleh orang tua mereka untuk mempelajari tata krama sopan. Penculikan dikatakan telah terjadi juga. [31] Kekejaman yang digambarkan paling konsisten termasuk pemukulan parah, pembakaran atau mutilasi tangan, menggigit daging dari wajah, lengan dan bagian tubuh lainnya, membeku atau kelaparan sampai mati. [31] Penggunaan jarum juga disebutkan oleh para kolaborator di pengadilan. Ada banyak dugaan bentuk penyiksaan yang dilakukan oleh Elizabeth. [32] Menurut Arsip Kota Budapest , gadis-gadis itu dibakar dengan penjepit panas dan kemudian ditempatkan dalam air dingin. [32] Mereka juga tertutup madu dan semut hidup . [32] Elizabeth juga dicurigai sebagai kanibalisme . [32]
Beberapa saksi menyebut kerabat yang meninggal saat di gynaeceum. Yang lain melaporkan telah melihat jejak penyiksaan pada mayat, beberapa di antaranya dimakamkan di kuburan, dan lainnya di lokasi yang tidak ditandai. Dua saksi (pejabat pengadilan Benedek Deseő dan Jakab Szilvássy) benar-benar melihat Countess menyiksa dan membunuh gadis pelayan muda. [19] : 96–99 Menurut kesaksian para terdakwa, Elizabeth Báthory menyiksa dan membunuh para korbannya tidak hanya di Čachtice tetapi juga pada propertinya di Sárvár, Németkeresztúr , Bratislava (Pozsony di Hongaria), dan Wina, dan di tempat lain. Selain para terdakwa, beberapa orang diberi nama karena memasok Elizabeth Báthory dengan wanita muda, yang diperoleh melalui penipuan atau dengan kekerasan. [ rujukan? ]

Penangkapan

Dikatakan bahwa Thurzó pergi ke Kastil Čachtice setelah Natal pada tanggal 30 Desember 1610 dan menangkap Báthory sedang beraksi. Thurzó menangkap Báthory dan empat pelayannya, yang dituduh sebagai kaki tangannya: Dorotya Semtész, Ilona Jó, Katarína Benická, dan János Újváry ("Ibis" atau Fickó). Laki-laki Thurzo dilaporkan menemukan satu gadis tewas dan satu sekarat dan melaporkan bahwa seorang wanita lain ditemukan terluka sementara yang lain dikurung. [7] Countess ditempatkan di bawah tahanan rumah . [ rujukan? ]
Meskipun secara umum diyakini bahwa Báthory terperangkap dalam tindakan penyiksaan, ada sedikit bukti yang mendukung hal ini. Awalnya, Thurzó membuat pernyataan kepada tamu Báthory dan orang-orang desa bahwa ia telah menangkapnya. Namun, dia ditangkap dan ditahan sebelum penemuan atau presentasi para korban. Tampaknya kemungkinan besar bahwa seluruh gagasan Thurzó menemukan Báthory berlumuran darah telah menjadi hiasan dari kisah-kisah fiksi. [33]
Thurzo memperdebatkan proses lebih lanjut dengan putra Elizabeth, Paul, dan dua menantunya. Pengadilan dan eksekusi akan menyebabkan skandal publik dan mempermalukan keluarga bangsawan dan berpengaruh (yang pada saat itu memerintah Transylvania ), dan properti Elizabeth yang cukup besar akan direbut oleh mahkota. Thurzó, bersama dengan Paul dan kedua menantunya, awalnya merencanakan Elizabeth untuk pergi ke biara, tetapi karena kisahnya tentang pembunuhan anak-anak perempuan bangsawan yang lebih rendah, disepakati bahwa Elizabeth Báthory harus disimpan di bawah tahanan rumah yang ketat dan hukuman lebih lanjut harus dihindari. [34]
Raja Matthias mendesak Thurzo untuk membawa Elizabeth ke pengadilan dan menyarankan agar dia dijatuhi hukuman mati, tetapi Thurzo berhasil meyakinkan raja bahwa tindakan seperti itu akan berdampak buruk pada kaum bangsawan. Motivasi Thurzo untuk intervensi semacam itu masih diperdebatkan oleh para sarjana. Diputuskan bahwa Matthias tidak perlu membayar utangnya yang besar kepada Elizabeth. [35]

Percobaan

Dua persidangan diadakan setelah penangkapan Báthory; yang pertama diadakan pada 2 Januari 1611 dan yang kedua pada 7 Januari 1611. [36] Lusinan saksi dan penyintas, kadang-kadang hingga 35 hari, bersaksi. Semua kecuali satu pelayan Countess bersaksi melawannya. [ rujukan? ] Selain kesaksian, pengadilan juga memeriksa kerangka dan bagian mayat yang ditemukan sebagai bukti. [ rujukan? ]
Jumlah pasti korban Elizabeth Báthory tidak diketahui, dan bahkan perkiraan kontemporer sangat berbeda. Selama persidangan, Dorottya Szentes dan Ficko melaporkan masing-masing 36 dan 37 korban, selama masa pelayanan mereka. [ rujukan? ] Para terdakwa lainnya, Ilona Jó dan Katarína Benická, memperkirakan jumlah 50 atau lebih tinggi. [ rujukan? ] Banyak personel kastil Sárvár memperkirakan jumlah jenazah yang dikeluarkan dari kastil berkisar antara 100 dan 200. [ rujukan? ] Seorang pelayan yang berbicara di persidangan sebagai saksi dikatakan telah memberikan daftar lebih dari 650 korban ' nama, diduga dalam tulisan tangan Báthory sendiri. [36] Karena angka 650 tidak dapat dibuktikan, penghitungan resmi tetap di 80. [4] Dilaporkan, lokasi buku harian tidak diketahui, tetapi 32 surat yang ditulis oleh Báthory disimpan di arsip negara Hongaria di Budapest . [17]

Penjara dan kematian

Báthory dipenjara di Kastil Čachtice dan ditempatkan di sel khusus. [37] Ia dijaga bata di satu set kamar, dengan hanya celah kecil yang dibiarkan terbuka untuk ventilasi dan melewati makanan. Dia tetap di sana selama empat tahun sampai kematiannya. Pada malam 21 Agustus 1614, Báthory mengeluh kepada pengawalnya bahwa tangannya dingin, lalu dia menjawab, "Bukan apa-apa, nyonya. Pergi saja berbaring." Dia pergi tidur dan ditemukan mati keesokan paginya. [38] Ia dimakamkan di gereja Čachtice pada tanggal 25 November 1614, [38] tetapi menurut beberapa sumber karena kegemparan penduduk desa karena dimakamkan Count Darah di pemakaman mereka, tubuhnya dipindahkan ke rumah kelahirannya di Ecsed , di mana dimakamkan di crypt keluarga Báthory. [39] Lokasi tubuhnya saat ini tidak diketahui. Gereja Čachtice atau Čachtice castle tidak memiliki tanda-tanda makamnya. [40]

Reputasi

Beberapa penulis seperti László Nagy dan Dr. Irma Szádeczky-Kardoss berpendapat bahwa Elizabeth Báthory adalah korban konspirasi . [41] [42] Nagy berpendapat bahwa proses melawan Báthory sebagian besar bermotivasi politik, mungkin karena kekayaannya yang luas dan kepemilikan tanah yang luas di Hongaria, meningkat setelah kematian suaminya. Teori ini konsisten dengan sejarah Hongaria pada waktu itu, yang meliputi konflik agama dan politik, terutama yang berkaitan dengan perang dengan Kekaisaran Ottoman, penyebaran Protestan dan perluasan kekuasaan Habsburg atas Hongaria. [43]
Ada kontra-argumen yang dibuat menentang teori ini. Investigasi kejahatan Báthory dipicu oleh keluhan dari menteri Lutheran, István Magyari. [28] Ini tidak berkontribusi pada gagasan plot Katolik / Habsburg terhadap Báthory Protestan, meskipun ketegangan agama masih menjadi sumber konflik karena Báthory diangkat sebagai Calvinis, bukan Lutheran. [44] Untuk mendukung kepolosan Báthory, kesaksian sekitar 300 saksi [19] : 96–99 dan bukti fisik yang dikumpulkan oleh para penyelidik harus ditangani atau disengketakan. Bukti itu termasuk banyak mayat dan gadis-gadis yang mati dan sekarat ditemukan ketika kastil dimasukkan oleh Thurzo. [7] Szádeczky-Kardoss berpendapat bahwa bukti fisik dibesar-besarkan dan Thurzo salah menggambarkan pasien yang mati dan melukai sebagai korban Báthory, karena mempermalukannya akan sangat bermanfaat bagi ambisi negara politiknya. [42]

Cerita rakyat dan budaya populer

Kasus Elizabeth Báthory menginspirasi banyak kisah selama abad ke-18 dan ke-19. Motif yang paling umum dari karya-karya ini adalah bahwa Countess mandi dengan darah korbannya untuk mempertahankan kecantikan atau masa muda. Legenda ini muncul di media cetak untuk pertama kalinya pada tahun 1729, dalam sarjana Jesuit László Turóczi's Tragica Historia , akun tertulis pertama dari kasus Báthory. [45] Kisah ini dipertanyakan pada tahun 1817, ketika laporan saksi (yang muncul pada tahun 1765) diterbitkan untuk pertama kalinya. Mereka tidak memasukkan referensi untuk mandi darah. [46] Dalam bukunya Hungaria dan Transylvania , yang diterbitkan pada tahun 1850, John Paget menggambarkan asal usul pemandian darah Báthory, meskipun kisahnya tampaknya merupakan pembacaan fiksi sejarah lisan dari daerah tersebut. [47] Sulit untuk mengetahui seberapa akurat akunnya tentang peristiwa. Kesenangan sadis dianggap sebagai motif yang jauh lebih masuk akal untuk kejahatan Elizabeth Báthory. [48]

Editor : Deded Mydi Sunsang
Sumber : https://en.m.wikipedia.org/wiki/Elizabeth_Báthory 
#sejarah #abadpertengahan #sejaraheropa  

Ustadz Felix Siauw Ulas Sejarah Drakula dengan Islam

Sejarah Sebenarnya Tentang Vlad III Dracul (Dracula) Pada faktanya, Vlad III tidak pernah menguasai Transylvania, namun wilayah yang d...